Kamis, 15 September 2011

“Go Green‘’ Jakarta: Think Out of the Box

(Ini adalah karya tulis terbaik yang dipilih acak oleh Div. Acara OSMA 2011, yang ditulis oleh Rina Sabrina Mirza dari FISIP - Ilmu Hubungan Internasional, Kelompok Saccharum Officinarum di OSMA 2011. )
 


"There’s a well saying, “Do not take something for granted “. It might sound familiar to us and yes, it has a deep referring to our Jakarta."
Rina Sabrina Mirza
Bumi kita sudah tua, Jakarta kita kian renta.
Jakarta, sebuah kota dengan keberagaman budaya, etnis serta kaya akan cerita yang melekat dengan sejarah peradabannya. Namun, Jakarta juga terkenal sebagai kota penuh sesak dan berpolusi. Hal ini di kemukakan salah satu situs di dunia maya yang menyatakan bahwa Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi tertinggi ketiga di dunia setelah Mexico dan Panama di dunia. Berdasarkan kajian akademis sebuah institusi pendidikan yang diunggah disitus tersebut, sepertinya menggambarkan kepada kita bahwa Jakarta sekarang bukanlah Jakarta asri nan nyaman versi tempo dulu yang orang tua kita rasakan.
            Semakin maju peradaban masyarakat Jakarta tidak lantas membuat kemajuan pola pikir sebagian besar masyarakat untuk membuat Jakarta lebih baik dari sebelumnya. Globalisasi yang sudah berjalan dalam 11 tahun ini pun tidak membuat masyarakat Jakarta sadar akan lingkungan sekitar yang harusnya juga ikut ter- upgrade. Masyarakat Jakarta telah tenggelam dalam kesibukan dan rutinitas masing-masing, sehingga pemandangan seperti traffic jam, sampah yang berserakan serta atmosphere udara yang tidak bersahabat lagi adalah hal biasa. Yeah, we all are used to it.
            Setiap hari, timbunan sampah akan semakin menggunung, kendaraan beroda empat maupun dua selalu bertambah dan dapat dipastikan Jakarta akan terus terhimpit hingga sepertinya untuk dapat bernafas lega di kota ini adalah mimpi yang tak akan pernah menjadi kenyataan. Pemberdayaan lingkungan adalah agenda terakhir pemerintah kota Jakarta. Hiruk pikuk kemewahan yang mereka rasakan adalah prioritas mereka sehingga jeritan masyarakat bawah yang tidak tahan dengan hawa limbah industry yang menyengat juga riskan untuk dapat didengar.
            Ketika kalangan atas terselubung dalam kemewahan serta kenyamanan yang mereka beli dari uang rakyat, maka sudah seharusnya kita sebagai generasi muda yang mengambil alih  peranan penting dalam melakukan perubahan signifikan bagi Jakarta. Di tangan kreatif kita, ide dan tindakan perubahan dapat didorongkan untuk menjangkau lebih banyak orang untuk peduli terhadap kelestarian alam di kota Jakarta ini. Perwujudan dari semua ide yang kita harapkan akan lebih efektif apabila dimulai dengan tindakan konkrit dari dalam diri sendiri. So instead of only thinking and talking about a massive change, we should do something practically to make it happen.
            Belajar untuk menjadi pribadi yang disiplin untuk menciptakan perubahan yang lebih baik untuk kota Jakarta kita adalah sebuah keharusan. Membiasakan diri untuk menjaga kebersihan, mengurangi pemakaian kendaraan pribadi dan mengganti dengan bersepeda mungkin bisa menjadi alternatif yang baik untuk memberi luang bagi kota ini. Melakukan penghematan energi dari penggunaan sistem pendingin dan pencahayaan  serta meminimalisir segala bentuk wasting juga dapat dimulai dari tempat tinggal pribadi sekaligus lingkungan terdekat. Meskipun masih ada stigma apatis dari pelaku perubahan diantara kita, namun seharusnya hal itu tidak menyurutkan usaha kita untuk mencapai target Jakarta yang lebih baik. Dan apabila semua aspek dapat diimplementasikan dengan rasa bertanggung jawab terhadap kota Jakarta kita ini, maka dapat dipastikan bahwa Jakarta kita akan kembali menjadi kota dambaan. Bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah investasi berharga. Investasi masa depan. Untuk anak cucu kita.
            Dedikasi ku bagi Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar