"There’s a well
saying, “Do not take something for granted “. It might sound familiar to us and
yes, it has a deep referring to our Jakarta."
![]() |
Rina Sabrina Mirza |
Bumi
kita sudah tua, Jakarta kita kian renta.
Jakarta, sebuah kota dengan
keberagaman budaya, etnis serta kaya akan cerita yang melekat dengan sejarah
peradabannya. Namun, Jakarta juga terkenal sebagai kota penuh sesak dan
berpolusi. Hal ini di kemukakan salah satu situs di dunia maya yang menyatakan
bahwa Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi tertinggi ketiga di dunia
setelah Mexico dan Panama di dunia. Berdasarkan kajian akademis sebuah
institusi pendidikan yang diunggah disitus tersebut, sepertinya menggambarkan
kepada kita bahwa Jakarta sekarang bukanlah Jakarta asri nan nyaman versi tempo
dulu yang orang tua kita rasakan.
Semakin
maju peradaban masyarakat Jakarta tidak lantas membuat kemajuan pola pikir sebagian
besar masyarakat untuk membuat Jakarta lebih baik dari sebelumnya. Globalisasi
yang sudah berjalan dalam 11 tahun ini pun tidak membuat masyarakat Jakarta
sadar akan lingkungan sekitar yang harusnya juga ikut ter- upgrade. Masyarakat Jakarta telah tenggelam dalam kesibukan dan
rutinitas masing-masing, sehingga pemandangan seperti traffic jam, sampah yang berserakan serta atmosphere udara yang
tidak bersahabat lagi adalah hal biasa. Yeah,
we all are used to it.
Setiap hari, timbunan sampah akan semakin
menggunung, kendaraan beroda empat maupun dua selalu bertambah dan dapat
dipastikan Jakarta akan terus terhimpit hingga sepertinya untuk dapat bernafas
lega di kota ini adalah mimpi yang tak akan pernah menjadi kenyataan.
Pemberdayaan lingkungan adalah agenda terakhir pemerintah kota Jakarta. Hiruk
pikuk kemewahan yang mereka rasakan adalah prioritas mereka sehingga jeritan
masyarakat bawah yang tidak tahan dengan hawa limbah industry yang menyengat
juga riskan untuk dapat didengar.
Ketika
kalangan atas terselubung dalam kemewahan serta kenyamanan yang mereka beli
dari uang rakyat, maka sudah seharusnya kita sebagai generasi muda yang
mengambil alih peranan penting dalam
melakukan perubahan signifikan bagi Jakarta. Di tangan kreatif kita, ide dan
tindakan perubahan dapat didorongkan untuk menjangkau lebih banyak orang untuk
peduli terhadap kelestarian alam di kota Jakarta ini. Perwujudan dari semua ide
yang kita harapkan akan lebih efektif apabila dimulai dengan tindakan konkrit
dari dalam diri sendiri. So instead of only
thinking and talking about a massive change, we should do something practically
to make it happen.
Belajar
untuk menjadi pribadi yang disiplin untuk menciptakan perubahan yang lebih baik
untuk kota Jakarta kita adalah sebuah keharusan. Membiasakan diri untuk menjaga
kebersihan, mengurangi pemakaian kendaraan pribadi dan mengganti dengan
bersepeda mungkin bisa menjadi alternatif yang baik untuk memberi luang bagi
kota ini. Melakukan penghematan energi dari penggunaan sistem pendingin dan
pencahayaan serta meminimalisir segala
bentuk wasting juga dapat dimulai dari tempat tinggal pribadi sekaligus
lingkungan terdekat. Meskipun masih ada stigma apatis dari pelaku perubahan
diantara kita, namun seharusnya hal itu tidak menyurutkan usaha kita untuk
mencapai target Jakarta yang lebih baik. Dan apabila semua aspek dapat
diimplementasikan dengan rasa bertanggung jawab terhadap kota Jakarta kita ini,
maka dapat dipastikan bahwa Jakarta kita akan kembali menjadi kota dambaan.
Bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah investasi berharga. Investasi masa
depan. Untuk anak cucu kita.
Dedikasi
ku bagi Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar